Perpustakaan Desa Sebagai Motor Penggerak Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Provinsi Kalimantan Barat - PENA BUANA GEMILANG

Perpustakaan Desa Sebagai Motor Penggerak Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Pedesaan di Provinsi Kalimantan Barat


Banyak orang mengira bahwa perpustakaan hanyalah tempat membaca yang di dalamnya berjejer rak-rak berisi buku yang ditata sedemikian rupa, dikunjungi oleh para kutu buku yang haus akan ilmu pengetahuan melalui buku, kadang-kadang dikunjungi ramai-ramai oleh sekelompok masyarakat tertentu untuk melakukan survei kunjungan atau sekedar untuk melihat-lihat saja. Pandangan tersebut tak sepenuhnya salah. Karena banyak perpustakaan di Indonesia yang bernasib demikian, angka kunjungan yang tinggi didominasi oleh siswa-siswi TK/PAUD atau Sekolah Dasar yang dikoordinir oleh guru dalam program Pembelajaran Pengenalan Perpustakaan.

Stigma “kurang positif” tak berlaku bagi perpustakaan-perpustakaan yang mampu mentransformasikan diri menjadi “perpustakaan bergerak” yang mampu memenuhi kebutuhan literasi masyarakat yang dilayaninya, bahkan mampu menjawab kebutuhan dan persoalan-persoalan sosial di masyarakat seperti masalah perekonomian masyarakat. Perpustakaan yang juga berfungsi sebagai penggerak perekonomian masyarakat biasanya disebut dengan istilah “Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial”. Perpustakaan yang demikian jumlahnya tidak sedikit. Jika kita masukkan kata kunci “Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial” di mesin pencarian “mbah google”, maka akan muncul banyak perpustakaan yang telah berhasil melaksanakan program-program produktif dan inovatif demi mensejahterakan kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya. Salah satunya adalah Kab. Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) yang 2 tahun belakangan ini (2020 dan 2021) diakui secara nasional telah berhasil mengimplementasikan Program Perpustakaan Berbasis Inklusi sosial.

Di Tahun 2021 lalu, ada 40 Perpustakaan Umum Daerah Kab/Kota di Indonesia yang dinobatkan sebagai Perpustakaan Terbaik dalam Peer Learning Meeting 2021 Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas), yaitu:

  1. Kab. Siak
  2. Kab. Musi Banyuasin
  3. Kab. Pesisir Selatan
  4. Kab. Bangka
  5. Kab. Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) 
  6. Kab. Magetan
  7. Kab. Lombok Tengah
  8. Kab. Banggai Kepulauan
  9. Kab. Lombok timur
  10. Kab. Jepara
  11. Kab. Sumbawa Barat
  12. Kab. Magelang
  13. Kab. Bengkalis
  14. Kolaka utara
  15. Kab. Kudus
  16. Kab. Aceh Tengah
  17. Kab. Gorontalo
  18. Kab. Parigi
  19. Kab. PDairi
  20. Kab. Luwu Utara
  21. Kab. Batanghari
  22. Bangka Tengah
  23. Belitung
  24. Kota Sukabumi
  25. Lima Puluh Kota
  26. Kab. Bangka barat
  27. Kab. Tanggamus
  28. Kab. Purwakarta
  29. Kab. Sukamara
  30. Kab. Maros
  31. Kab. Ngawi
  32. Kab. Musi Rawas
  33. Kab. Murung Raya
  34. Kab. Kapahyang
  35. Kab. Trenggalek
  36. Kab. Kota Waringin Barat
  37. Kab. Hulu Sungai Utara
  38. Kab. Bulukumba
  39. Kab. Blora
  40. Kab. Bireun

Selain tingkat kabupaten/kota, Perpustakaan Nasional dalam acara tersebut juga memberikan apresiasi kepada perpustakaan tingkat desa dan kelurahan yang dianggap mampu menerapkan Program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Dari 83.381 desa/kelurahan yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia dan dari sekian banyak yang sudah memiliki perpustakaan desa/kelurahan, ada 78 perpustakaan tingkat desa/kelurahan yang menyandang Perpustakaan Terbaik, yaitu:

  1. Perpustakaan Desa Kelurahan Cisarua, Kota Sukabumi
  2. Perpustakaan Desa Bukit Harapan, Kabupaten Batanghari
  3. Perpustakaan Desa Cendil, Kabupaten Belitung Timur
  4. Perpustakaan Desa Tulakan, Kabupaten Jepara
  5. Perpustakaan Desa Mandiangin, Kabupaten Siak
  6. Perpustakaan Desa Watu, Kabupaten Bone
  7. Perpustakaan Desa Sekar Biru, Kabupaten Bangka Barat
  8. Perpustakaan Desa Jirak, Kabupaten Musi Banyuasin
  9. Perpustakaan Desa Kubu Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan
  10. Perpustakaan Desa Argosigemerai, Kabupaten Teluk Bintuni
  11. Perpustakaan Desa Kambuno, Kabupaten Bulukumba
  12. Perpustakaan Desa Pangkan, Kabupaten Barito Timur
  13. Perpustakaan Desa Temurejo, Kabupaten Blora
  14. Perpustakaan Desa Batuah, Kabupaten Barito Timur
  15. Perpustakaan Desa Kamal, Kabupaten Bangkalan
  16. Perpustakaan Desa Delod Peken, Kabupaten Tabanan
  17. Perpustakaan Desa Sambiut, Kabupaten Banggai Kepulauan
  18. Perpustakaan Desa Padang Kedondong, Kabupaten Kaur
  19. Perpustakaan Desa Taeh Bukik, Kabupaten Lima Puluh Kota
  20. Perpustakaan Desa Masda Makmur, Kabupaten Rokan Hulu
  21. Perpustakaan Desa Nglobo, Kabupaten Blora
  22. Perpustakaan Desa Buluagung, Kabupaten Trenggalek 
  23. Perpustakaan Desa Alakasing, Kabupaten Banggai Kepulauan 
  24. Perpustakaan Desa Air Nanang, Kabupaten Seram Bagian Timur
  25. Perpustakaan Desa Siguntur, Kabupaten Dharmasraya
  26. Perpustakaan Desa Puput, Kabupaten Bangka Barat 
  27. Perpustakaan Desa Sepang, Kabupaten Gayo Lues
  28. Perpustakaan Desa Arusu, Kabupaten Luwu Utara
  29. Perpustakaan Desa Danau Usung, Kabupaten Murung Raya
  30. Perpustakaan Desa Plosorejo, Kabupaten Blitar
  31. Perpustakaan Desa Desa Harapan Jaya, Kabupaten Morowali
  32. Perpustakaan Desa Karanganyar, Kabupaten Trenggalek
  33. Perpustakaan Desa Loram Wetan, Kabupaten Kudus
  34. Perpustakaan Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan
  35. Perpustakaan Desa Jati Kulon, Kabupaten Kudus
  36. Perpustakaan Desa Lambuno, Kabupaten Kolaka Utara
  37. Perpustakaan Desa Ketap, Kabupaten Bangka Barat
  38. Perpustakaan Desa Janggalan, Kabupaten Kudus 
  39. Perpustakaan Desa Jago, Kabupaten Lombok Tengah
  40. Perpustakaan Desa Semparu, Kabupaten Lombok Tengah
  41. Perpustakaan Desa Resam Lapis, Kabupaten Bengkalis 
  42. Perpustakaan Desa Yayasan, Kabupaten Pulau Morotai
  43. Perpustakaan Desa Pagutan, Kabupaten Lombok Tengah
  44. Perpustakaan Desa Rambah Muda, Kabupaten Rokan Hulu
  45. Perpustakaan Desa Desa Air Belo, Kabupaten Bangka Barat
  46. Perpustakaan Desa Sengkerang, Kabupaten Lombok Tengah
  47. Perpustakaan Desa Jangkang, Kabupaten Bengkalis
  48. Perpustakaan Desa Kanoman, Kabupaten Tanggamus
  49. Perpustakaan Desa Kuala Alam, Kabupaten Bengkalis
  50. Perpustakaan Desa Belo, Kabupaten Soppeng
  51. Perpustakaan Desa Muara Kelantan, Kabupaten Siak
  52. Perpustakaan Desa Cot Jambo, Kabupaten Aceh Besar
  53. Perpustakaan Desa Badau, Kabupaten Belitung
  54. Perpustakaan Desa Air Batu Buding, Kabupaten Belitung
  55. Perpustakaan Desa Dawuhan, Kabupaten Brebes
  56. Perpustakaan Desa Ulaweng Cinnong, Kabupaten Soppeng
  57. Perpustakaan Desa Manuk, Kabupaten Ponorogo
  58. Perpustakaan Desa Umpu Kencana, Kabupaten Way Kanan
  59. Perpustakaan Desa Sungai Pua, Kabupaten Agam
  60. Perpustakaan Desa Gladagsari, Kabupaten Boyolali
  61. Perpustakaan Desa Lubuk Basung, Kabupaten Agam
  62. Perpustakaan Desa Rambung Sialang Tengah, Kabupaten Serdang Bedagai
  63. Perpustakaan Desa Lambirah, Kabupaten Aceh Besar
  64. Perpustakaan Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang
  65. Perpustakaan Desa Krueng Lamkareung, Kabupaten Aceh Besar
  66. Perpustakaan Desa Bukit Sembilan, Kabupaten Kampar
  67. Perpustakaan Desa Rambung Sialang Hulu, Kabupaten Serdang Bedagai
  68. Perpustakaan Desa Mentawak, Kabupaten Belitung Timur
  69. Perpustakaan Desa Sakra, Kabupaten Lombok Timur
  70. Perpustakaan Desa Aik Madu, Kabupaten Belitung Timur
  71. Perpustakaan Desa Mayang, Kabupaten Belitung Timur
  72. Perpustakaan Desa Manggopoh, Kabupaten Agam
  73. Perpustakaan Desa Kimak, Kabupaten Bangka
  74. Perpustakaan Desa Sariak, Kabupaten Agam
  75. Perpustakaan Desa Muntang, Kabupaten Purbalingga
  76. Perpustakaan Desa Pemali, Kabupaten Bangka
  77. Perpustakaan Desa Laboy Jaya, Kabupaten Kampar
  78. Perpustakaan Desa Tellulimpoe, Kabupaten Soppeng

Dari daftar di atas, bukan berarti Perpustakaan Daerah tingkat/kabupaten/kota dan Perpustakaan Desa/Kelurahan yang tidak menang belum menerapkan Program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Penghargaan tersebut dimaksudkan untuk memompa semangat bagi perpustakaan untuk terus maju mengembangkan model perpustakaan yang dekat dengan masyarakat dan memiliki dampak positif langsung bagi masyarakat khususnya kesejahteraan di bidang ekonomi. Nama-nama yang tertera di atas dapat dijadikan contoh nyata bagaimana program inklusi sosial diterapkan dan dijalankan di tengah masyarakat pedesaan. Perlu kiranya menggunakan “jurus ATM”; Ambil, Tiru dan Modifikasi untuk diterapkan di tengah masyarakat yang memiliki karakter berbeda di masing-masing daerah. 

Dari nama-nama peraih penghargaan tersebut di atas, tak ada satupun berasal dari Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini dapat dijadikan evaluasi agar ke depannya perpustakaan-perpustakaan daerah/kota serta perpustakaan desa dan kelurahan yang tersebar di “bumi khatulistiwa” dapat bertengger dan mendominasi peraih penghargaan terbaik. Bukan tidak mungkin, karena gerakan literasi yang berada di Kalimantan Barat sudah mulai menggeliat dan menjadi perhatian banyak pihak baik dari masyarakat umum, akademisi, pegiat literasi maupun pengampu kebijakan mulai dari Kepala Desa hingga pemerintah provinsi. 

Minat baca dan kehausan akan informasi yang bermanfaat yang dimiliki masyarakat Kalimantan Barat tidaklah rendah seperti yang dikira banyak orang, terbukti Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) baru-baru ini meletakkan Kalimantan Barat di urutan ke 8 dari 34 provinsi di Indonesia.  Kalimantan Barat memperoleh skor 3,58, sementara peringkat pertama diduduki Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat skor literasi digital tertinggi, yaitu 3,7. Skor tersebut diukur dari 4 hal yaitu: kecakapan digital, etika digital, keamanan digital dan budaya digital.

Potensi di atas tentu dapat dijadikan modal bagi Provinsi Kalimantan Barat untuk terus memacu keberlangsungan budaya literasi di masyarakat dengan cara mengembangkan perpustakaan-perpustakaan yang sudah ada, menggairahkan serta memakmurkan kembali perpustakaan-perpustakaan yang dianggap “hidup segan, mati tak mau” atau membangun perpustakaan-perpustakaan baru di pedesaan yang belum memiliki perpustakaan. Disadari atau tidak, keberadaan perpustakaan di tengah masyarakat desa merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh pelaksana Undang-undang, lantaran keberadaan perpustakaan di setiap desa telah dicantumkan dan diwajibkan dalam Undang-undang Perpustakaan.

Tak sekadar melaksanakan amanat Undang-undang saja, jika setiap desa di Kalimantan Barat memiliki 1 perpustakaan, dan Perpustakaan-perpustakaan Desa tersebut tumbuh dan berkembang menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial, maka dapat dipastikan pembangunan sumber daya dan pembangunan ekonomi masyarakat akan segera terwujud di Provinsi Kalimantan Barat. Atau jika cita-cita “1 desa 1 perpustakaan” tersebut cukup sulit untuk diwujudkan karena berbagai macam aral yang melintang, anggap saja 500 dari 2.130 desa dan kelurahan telah memiliki Perpustakaan Desa dan kelurahan yang berstandar nasional dan tersebar di 12 kabupaten dan 2 kota di Provinsi Kalimantan Barat, maka sudah pasti akan menjadi pendorong naiknya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Provinsi Kalimantan Barat yang di Tahun 2021 kemarin masih bertengger di posisi 5 terbawah secara nasional. Terealisasinya program 500 “kampung literasi” di seluruh Kalimantan Barat tersebut pun juga tidak akan terealisasi tanpa dukungan, kerjasama serta aksi nyata dari semua pihak khususnya pemangku kebijakan. Perlu kebijakan masif dan terstruktur untuk mewujudkannya. Dengan niat baik dan penuh tanggung jawab, keinginan menjadikan Perpustakaan Desa sebagai “Motor Penggerak Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Pedesaan” di Provinsi Kalimantan Barat pasti akan terwujud.


Program dan inovasi apa saja yang dapat dilakukan oleh Perpustakaan Desa di Kalimantan Barat untuk dapat mengimplementasikan Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi Sosial? Bapak/Ibu dapat membacanya di tulisan berikutnya

Posting Komentar